Bukti CoronaVac Jadi Vaksin Covid-19 dengan KIPI Terendah

Berdasarkan data https://www.americanriverbrewingcompany.com/ dari sejumlah lembaga kesehatan independen menunjukkan bahwa vaksin CoronaVac (Sinovac – Bio Farma) aman bagi anak usia >3 tahun, lansia >60 tahun, serta ibu hamil. Selain itu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang terjadi pun rendah.

Bukti CoronaVac Jadi Vaksin Covid-19 dengan KIPI Terendah

Fakta lainnya juga menyebut bahwa dosis ketiga vaksin CoronaVac yang digunakan sebagai booster dapat meningkatkan antibodi sebesar 20 kali. Kondisi ini berlaku bagi penerima vaksin usia 18-59 tahun, sementara lebih dari 30 kali bagi penerima lansia 60 tahun ke atas.

Clinical Researcher of Sinovac, Yaping Qiao PhD, mengatakan berdasarkan penelitian, vaksin CoronaVac menunjukkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang rendah sehingga aman bagi anak usia >3 tahun, lansia >60 tahun, serta ibu hamil dan menyusui.

“Dalam uji klinis vaksin CoronaVac di sejumlah negara dari tahun 2020-2021, KIPI pada anak >3 tahun sebagian besar adalah grade 1 dan 2 yang berupa nyeri serta demam ringan setelah penyuntikan,” ujar Yaping, pada acara ‘Indonesian Congress Symposium on Combating Covid-19 Pandemic Without Boundaries’, Minggu (16/1/2022).

Sementara dalam studi yang dilakukan pada ibu hamil dan menyusui di Brasil pada periode April – Agustus 2021, terjadi insidensi KIPI sebanyak 74,1 per 100.000 dosis. Kondisi ini merupakan KIPI terendah dibandingkan dengan empat vaksin Covid-19 lainnya yang digunakan di Brasil.

“Pada Oktober 2021, penelitian di Chili mengungkapkan pemberian vaksin booster meningkatkan kemampuan CoronaVac dalam mengurangi tingkat keparahan Covid-19 dari 56 persen menjadi 80 persen. Pemberian booster juga meningkatkan efektivitas CoronaVac dalam mencegah perawatan di Rumah Sakit dari 84 persen menjadi 88 persen,” tuntasnya.

Efek Samping Vaksin Booster: Pfizer, Moderna, Sinovac & Astra

Pemerintah masih terus menggalakkan program vaksinasi booster atau dosis ketiga di tengah masyarakat. Sama seperti vaksinasi primer (1 dan 2), seluruh masyarakat bisa mengakses vaksin booster ini secara gratis.

Setidaknya ada 5 jenis vaksin yang telah menerima izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) sebagai vaksin booster, yakni Sinovac atau Coronavac PT Bio Farma, Comirnaty oleh Pfizer, AstraZeneca atau Vaxzevria dan Kconecavac, Moderna, dan Zifivax.

Efek Samping Vaksin Booster Pfizer, Moderna, Sinovac Astra

Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) resmi memberikan persetujuan kepada lima vaksin Covid-19 tersebut sebagai vaksin booster atau dosis lanjutan homolog (vaksin booster sama dengan vaksin primer) dan heterolog (vaksin booster beda dengan vaksin primer).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai lima vaksin yang sudah menerima persetujuan BPOM sebagai vaksin booster https://www.americanriverbrewingcompany.com/ beserta efek sampingnya.

Vaksin Sinovac dari Bio Farma

Vaksin Coronavac atau Sinovac dari Bio Farma adalah vaksin pertama yang diizinkan sebagai vaksin booster atau vaksin dosis lanjutan homolog yang diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksin primer dosis lengkap Coronavac atau Sinovac untuk usia 18 tahun ke atas.

BPOM mengatakan, Sinovac sebagai vaksin booster dapat meningkatkan titer antibodi netralisasi hingga 21 – 35 kali setelah 28 hari pemberian booster atau dosis lanjutan.

Adapun efek samping vaksin booster dari Bio Farma adalah:

  1. Menimbulkan reaksi lokal atau nyeri pada lokasi suntikan
  2. Tingkat keparahan efek sampingnya adalah grade satu dan dua

Vaksin Pfizer

Vaksin Comirnaty dari Pfizer sebagai vaksin booster atau dosis lanjutan homolog dapat diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksin primer dosis lengkap Pfizer untuk usia 18 tahun ke atas.

Vaksin ini memiliki tingkatan nilai titer antibodi netralisir setelah satu bulan pemberian booster sebesar 3,29 kali. Adapun efek samping yang mungkin timbul setelah suntikan dosis booster vaksin ini adalah:

  1. Nyeri pada lokasi suntikan
  2. Nyeri otot
  3. Nyeri sendi
  4. Demam

Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac) merupakan vaksin yang sudah diizinkan menjadi vaksin booster homolog dan diberikan sebanyak 1 dosis setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap AstraZeneca untuk usia 18 tahun ke atas.

Vaksin AstraZeneca sebagai vaksin booster memiliki peningkatan nilai rata-rata titer antibodi IgG dari 1792 (sebelum suntik dosis vaksin booster) menjadi 3746. Adapun efek samping yang mungkin ditimbulkan dari vaksin booster AstraZeneca adalah:

  1. Nyeri di lokasi suntikan.
  2. Kemerahan.
  3. Gatal.
  4. Terdapat pembengkakan.
  5. Sakit kepala.
  6. Meriang atau demam.
  7. Mual.
  8. Rasa lelah.

Vaksin Moderna

Vaksin Moderna sebagai vaksin booster homolog dan heterolog dengan vaksin primer AstraZeneca, Pfizer atau Jenssen dapat diberikan dengan dosis setengah (half dose) untuk usia 18 tahun ke atas yang diberikan setelah 6 bulan dari vaksinasi primer.

Vaksin Moderna sebagai vaksin booster memberikan kenaikan respon imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali sesudah pemberian vaksin booster homolog. Adapun efek samping vaksin booster Moderna yang bisa terjadi adalah:

  1. Rasa lemas.
  2. Sakit kepala.
  3. Meriang atau demam.
  4. Mual.

Vaksin Zifivax

Vaksin Zifivax diizinkan sebagai vaksin booster heterolog dengan dosis penuh untuk yang berusia 18 tahun ke atas dan diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah mendapatkan vaksin primer dosis lengkap dari Sinovac atau Sinopharm.

Vaksin Zifivax memiliki tingkatan titer antibodi netralisir lebih dari 30 kali bagi yang telah mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm. Efek samping yang bisa timbul setelah pemberian vaksin booster Zifivax adalah:

  1. Nyeri pada lokasi suntikan
  2. Nyeri otot atau myalgia
  3. Sakit kepala
  4. Merasa kelelahan
  5. Demam
  6. Mual
  7. Diare (tingkat keparahan grade satu dan dua)
  8. Rasa mual

Hasil evaluasi BPOM terhadap aspek keamanan lima vaksin booster atau dosis ketiga di atas menunjukkan bahwa frekuensi, jenis dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan atau KTD yang dilaporkan setelah pemberian dosis booster pada umumnya bersifat ringan dan sedang.